News Trending
Diberdayakan oleh Blogger.

Penurunan Prestasi Akademik di Jepang

Pendidikan.. Pendidikan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap anak-anak yang merupakan aset masyarakat. Tidak hanya menjamin civic minimum, namun merupakan potensial masa depan, serta menentukan sumber daya tenaga kerja yang menyokong negara. Kemajuan suatu bangsa lebih ditentukan oleh karakter penduduknya dan karakter penduduk dibina lewat pendidikan yang bermutu dan relevan, deshou? Di Jepang, dikenal dengan adanya “Yutori Kyouiku” atau “Pendidikan Yutori”, yaitu sistem pendidikan yang memberikan space dan waktu yang leluasa kepada anak untuk berkembang, namun, pendidikan Yutori pun mulai dipertanyakan keefektifannya karena prestasi akademik siswa-siswa Jepang di tingkat international mengalami kemerosotan. Meskipun sistem ini diformulasikan untuk meredam kecenderungan sistem pendidikan yang kaku, namun para lulusan dari kalangan perguruan tinggi di Jepang saat ini semakin cenderung untuk mendapatkan pekerjaan pada lembaga pemerintahan, sedangkan pemerintahan sendiri melakukan pengurangan pegawai negeri dan berupaya untuk meningkatkan kualitas pengajar. Selain itu, didukung oleh “Metode Finlandia” yang juga meningkat dengan pesat, sehingga diadakanlah diskusi untuk membahas upaya memajukan negara dalam bidang pendidikan.

Jepang Mengalami Penurunan Popularitas dalam Peringkat Prestasi Belajar di OECD

Dilaporkan bahwa pada survei tingkat prestasi belajar murid OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), peringkat Jepang menurun.
Pada pelajaran Matematika tahun 2000 Jepang meraih peringkat pertama namun, pada tahun 2009 anjlok menjadi peringkat 9, pada pelajaran Kimia pun juga menurun dari peringkat 2 menjadi peringkat 5. Selain itu, contoh ekstrim yang diambil secara sensasional seperti “Mahasiswa yang Tidak Bisa Pecahan” beberapa tahun lalu, masih cukup segar dalam ingatan. Akan tetapi, di sisi lain, dalam survei pelaksanaan kurikulum yang diadakan oleh Lembaga Kebijakan Studi Pendidikan Swasta, menunjukkan bahwa tingkat jawaban benar pada tahun 2003 lebih unggul dari tahun 2001. Dalam perbandingan hasil yang demikian, didapatkan adanya latar belakang yang menerangkan bahwa perhitungan tingkat kecakapan pendidikan secara sosiologis ternyata cukup sulit dan rumit.
 
“Fenomena Futakobu Rakuda” yang dibipolarisasi oleh Kalangan Mampu dan Kalangan Tidak Mampu
Yang manapun itu, penjalaran “Kesenjangan Prestasi Akademik” akan diindikasikan. Dilihat dari statistika prestasi akademik, ditemukan fenomena “Futakobu Rakuda” yang mengalami bipolarisasi pada “Kalangan Mampu” dan “Kalangan Tidak Mampu”.


Dalam hal ini, dibuatlah berbagai indikasi. Pertama, kalangan atau juga bisa disebut lapisan di mana orang tua yang memiliki riwayat pendidikan tinggi akan menjadi sebuah investasi dalam mendukung belajar anak (juku, sekolah elit dll), sedang keluarga yang orang tuanya memiliki riwayat pendidikan rendah merasa “Tidak diakui Meski Bekerja Keras”, lapisan seperti ini sangatlah banyak di dalam masyarakat. Dengan kata lain, setiap pendidikan orang tua akan menjadi motivasi bagi anak-anak mereka kelak, hal tersebut berpotensi untuk melahirkan kembali anak-anak yang cerdas pada generasi berikutnya. Selain itu, hasil dari pemangkasan jam pelajaran pada kurikulum “Pendidikan Yutori” menyebabkan waktu di Juku dll pada kalangan yang Belajar menjadi bertambah, dan waktu belajar bagi lapisan yang Tidak Belajar semakin berkurang.

Mereka yang Ingin Tahu Lebih Banyak

Jika memikirkan soal penurunan prestasi akademik, pertama perlu untuk dipertanyakan, oleh apa prestasi akademik individu ditentukan?. Yang paling penting yaitu, pendidikan merupakan poin penting yang berhubungan dengan struktur dan pendekatan sosial. Konkritnya, perlu dilakukan analisa pada hubungan erat antara orang tua dengan pendidikan, hubungan dengan guru, gender bias, cara mengajar, dan lain-lain.

Misalnya, riwayat orang tua seperti yang telah dijelaskan sebelumnya maupun investasi budaya pada anak-anak (buku, sekolah elit dll), atau indikasi yang berhubungan erat dengan motivasi anak dilakukan berkali-kali. Selain itu, metode pendidikan guru maupun kemampuan memiliki korelasi, bahkan dalam Sekolah Dasar, kelas guru veteran yang telah mengajar lebih dari 20 tahun memiliki persentase rata-rata jawaban benar yang cukup tinggi. Di tambah lagi, di dalam masyarakat, laki-laki mempunyai aspek keberuntungan dalam pekerjaan dan lain-lain, sehingga perbedaan berdasarkan jenis kelamin di mana murid laki-laki memiliki motivasi belajar yang tinggi juga diakui, dan untuk upaya menumbangkan gender stereotype dan meningkatkan motivasi pendidikan oleh semua orang akan dihambat oleh penurunan prestasi akademik bukan?

Daan, bagaimana untuk menyelamatkan lapisan yang “Tertinggal”, hal itu juga sangat sangat perlu dipikirkan. Jika tidak mampu beranjak ke depan dalam hal belajar, maka belajar memerlukan pengetahuan dasar dari tahun ajaran sebelumnya serta suatu pola pikir yang bagus. Oleh karena itu, sulit untuk memecahkan apa yang disebut dengan “Masalah Penerapan”.

Sebagai tindakannya, di Finlandia dibuatlah kelas khusus dengan menyesuaikan setiap murid serta memberikan pelajaran tambahan atau bisa juga kita menyebutnya suplemen tambahan. Untuk mencegah terciptanya lapisan “Tertinggal”, jalan untuk belajar dari Finlandia yang menempati posisi rangking tertinggi di OECD sangatlah banyak bukan?. Selain itu, untuk menyempurnakan keterampilan dasar sebagian dari sekolah di Jepang mengadakan drill maupun Fukushu atau pengulangan pelajaran maupun pelajaran tambahan di pagi hari sebelum jam masuk sekolah, dll.

Jika diterobos selangkah saja, kita akan tahu bahwa juga ada perbincangan tentang “Kemampuan seperti apa yang harus diasah untuk meningkatkan prestasi akademik?”. Sedang dalam kenyataannya, “Prestasi Akademik” seringkali diukur sesuai dengan apa yang ada dalam paper test, namun apakah sesungguhnya itu adalah hal yang bagus? Tidak. Itulah yang harus lebih dahulu kita pertanyakan. Pertanyaan ini dapat menjadi kesimpulan bahwa dalam membahas “Penurunan Prestasi Akademik” sesungguhnya sejak awal prestasi akademik tidaklah menurun, yang menurun hanyalah angka dalam paper test.

Dibentuknya Partai Politik (yang Berkaitan dengan Pendidikan)

Pada dasarnya, mengenai partai maupun pendidikan yang manapun itu, kurang lebihnya telah disebutkan sebelumnya. Hal yang umum dalam kebanyakan partai yaitu, kebijakan bantuan ekonomi (ekspansi beasiswa, dsb.). Jika ditingkatkan secara paksa, akan menambah jam pelajaran dan dan kurikulum, opini akan terbagi dengan mengaktifkan atau tidak suatu kompetisi (De-Yutori/Yutori) namun, kebanyakan partai mengambil (partai) Sentrisme.

① De-Yutori, Pendidikan Kompetisi (Partai Liberal Demokrat)

Partai Liberal Demokrat, bertuju pada “De-Yutori”, dengan menambah jam pelajaran, mengadakan ujian nasional, dll. Mengkaji mata pelajaran wajib seperti Sains Matematika Humaniora, peningkatan kemampuan Bahasa Inggris pun juga dilakukan.

② Yutori, Pendidikan De-Kompetisi (Partai Komunis Jepang, Partai Sosial Demokrat)

Partai Komunis Jepang bertujuan mengerem “Pendidikan Kompetisi Abnormal”. Dalam kebijakan pendidikan yang disesuaikan dengan individu, dilakukan penghapusan ujian prestasi akademik. Dalam mempertahankan Yutori, Partai Sosial Demokrat memiliki tujuan untuk menciptakan obligasi atau ikatan pada sekolah. Di samping itu ekspansi beasiswa dll pun juga dilakukan.

③ Sentrisme

Partai Liberal Demokrat menetapkan pengenalan program penelitian pada kelas kecil dan staff pengajar. Selain itu, juga menyokong ekspansi beasiswa perguruan tinggi. Hal yang demikian ini, baik Partai Keadilan maupun lainnya pada dasarnya sudah diandilkan. Ditambah lagi, Restorasi Jepang secara konkrit menaikkan level pretasi akademik dasar, pendekatan kecakapan/keterampilan, serta pendidikan gratis dll.

Nah, bagaimana dengan pendidikan di Indonesia saat ini?? Sudah pasti masalah yang dialami lebih kompleks bukan?? Hehehe
Intinya, kualitas pendidikan tidak ditentukan oleh siswa ataupun fasilitas yang canggih dan mewah, namun sistem pendidikan dan kualitas tenaga pengajar yang professional dan relevan lah yang menyumbangkan pengaruh yang lebih besar kepada anak didiknya... Namanya juga pendidikan, bukan pengajaran.. hehe :3


Share This:

No Comment to " Penurunan Prestasi Akademik di Jepang "